Posts Subscribe to (PUT YOUR BLOG NAME HERE)Comments

Senin, 28 Mei 2012

BATAS DOGMA

Pada  suatu hari, Sultan Mahmud yang Agung berada dijalan di
 Ghazna,  ibu  kota  negerinya.   Dilihatnya   seorang   kuli
 mengangkut  beban  berat, yakni sebungkah batu yang didukung
 di punggungnya.  Karena  rasa  kasihan  terhadap  kuli  itu,
 Mahmud tidak bisa menahan perasaannya, katanya memerintah:
 
 "Jatuhkan batu itu, kuli."
 
 Perintah  itupun langsung dilaksanakan. Batu tersebut berada
 di tengah jalan, merupakan gangguan bagi siapapun yang ingin
 lewat,   bertahun-tahun  lamanya.  Akhirnya  sejumlah  warga
 memohon raja agar memerintahkan orang memindahkan batu itu.
 
 Namun Mahmud, menyadari  akan  kebijaksanaan  administratif,
 terpaksa menjawab.
 
 "Hal  yang  sudah  dilaksanakan  berdasarkan perintah, tidak
 bisa dibatalkan oleh perintah yang  sama  derajatnya.  Sebab
 kalau  demikian, rakyat akan beranggapan bahwa perintah raja
 hanya berdasarkan kehendak sesaat saja. Jadi, biar saja batu
 itu disitu."
 
 Oleh  karenanya  batu  tersebut tetap berada di tengah jalan
 itu  selama  masa  pemerintahan  Mahmud.  Bahkan  ketika  ia
 meninggal  batu  itu  tidak  dipindahkan, karena orang-orang
 masih menghormati perintah raja.
 
 Kisah itu sangat terkenal.  Orang-orang  mengambil  maknanya
 berdasarkan  salah  satu  dari  tiga tafsiran, masing-masing
 sesuai dengan kemampuannya.
 
 Mereka yang menentang kepenguasaan beranggapan  bahwa  kisah
 itu   merupakan   bukti  ketololan  penguasa  yang  berusaha
 mempertahankan kekuasaannya.
 
 Mereka yang menghormati  kekuasaan  merasa  hormat  terhadap
 perintah, betapapun tidak menyenangkannya.
 
 Mereka  yang  bisa  menangkap  maksudnya  yang  benar,  bisa
 memahami nasehat yang tersirat. Dengan menyuruh  menjatuhkan
 batu  di  tempat  yang  tidak  semestinya sehingga merupakan
 gangguan, dan kemudian membiarkannya berada  disana,  Mahmud
 mengajar  kita agar mematuhi penguasa duniawi -dan sekaligus
 menyadarkan kita bahwa siapapun yang memerintah  berdasarkan
 dogma kaku, tidak akan sepenuhnya berguna bagi kemanusiaan.
 
 Mereka  yang menangkap makna ini akan mencapai taraf pencari
 kebenaran, dan akan bisa menambah jalan menuju Kebenaran.
 
 Catatan
 
 Kisah  ini  muncul  dalam  karya   klasik   yang   terkenal,
 Akhlaq-i-Mohsini   'Akhlak  Dermawan,'  ciptaan  Hasan  Waiz
 Kashifi; hanya saja tanpa  tafsir  seperti  yang  ada  dalam
 versi ini.
 
 Versi  ini  merupakan  bagian  ajaran  syeh  Sufi  Daud dari
 Qandahar, yang meninggal tahun  1965.  Kisah  ini  merupakan
 pengungkapan  yang  bagus  tentang  pelbagai taraf pemahaman
 terhadap  tindakan;  masing-masing  orang  akan   menilainya
 berdasarkan  pendidikannya. Metode penggambaran tak langsung
 yang dipergunakan Sultan Mahmud itu dianut  pada  Sufi,  dan
 bisa diringkaskan dalam ungkapan, "Bicaralah kepada dinding,
 agar pintu bisa mendengar."

Categories



Widget by Scrapur

0 komentar:

Posting Komentar

 
Dark Side Blogger Template Copyright 2009 - KALIMATA is proudly powered by Blogger.com Edited By Belajar SEO